Sore itu, kita duduk berhadapan namun tidak saling menatap.
Aku mengerjap. Berusaha mengaburkan genangan bening yang tercipta tanpa kupinta
setelah aku mendengarmu mengucapkan kata "pisah". Ya, satu kata
sederhana yang mampu menghancurkan dunia: duniaku.
"Setelah
10 tahun kita bersama, Fad?" kudengar kalimat itu meluncur dari bibirku.
Getir, namun kutahan diri agar air mata itu tidak mengalir. Aku tidak boleh
menangis... Tidak demi 10 tahun yang dengan mudah kamu buang begitu saja.
"Aku minta
maaf, Nad. 10 tahun membuatku merasa jemu. Aku mati rasa."
Aku tertawa lirih
saat mendengar jawabanmu itu. 10 tahun yang kukira akan menjadi yang pertama
dan akan terus ada untuk kita rayakan, nyatanya telah menjadi alasan tepat
bagimu untuk meninggalkanku. Lalu, bagaimana dengan mimpi-mimpiku yang selalu
menyertakan namamu di dalamnya? Apakah aku harus membuang mereka sebagaimana
kamu baru saja membuangku?
"Nadia...
Aku tahu kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku. Aku percaya
itu."
Tapi yang kumau
hanya kamu, Fad. Cuma kamu.
"Terima
kasih karena telah menjadi bagian hidupku selama 10 tahun ini," ucapmu
pelan, yang membuatku tak mampu lagi mencegah air mataku.
Aku juga ingin
berterima kasih padamu, Fad. Terima kasih, untuk mengembalikan hati yang pernah
kuberikan padamu dalam keadaan tak berbentuk lagi.
Irin Sintriana
2 komentar:
aku suka
Terima kasih sudah berkunjung :)
Posting Komentar